Senin, 24 Maret 2014

Sistem Informasi Manajemen

A. PENDAHULUAN

Hubungan yang terjalin antara manajemen dan Sistem Informasi Manajemen terletak pada pemanfaatan sumber daya Informasi yang diterima oleh manajemen selain harus berkualitas (akurat, tapt waktu, lengkap, relevan) juga informasi tersebut harus selaras dan saling berkaitan dengan informasi-informasi lainnya yang ada dalam suatu organisasi. Informasi yang digunakan oleh manajemen untuk membantu melaksanakan fungsinya disebut sebagai “informasi manajemen”, dan informasi manajemen dihasilkan oleh sistem informasi manajemen. Jadi peran Sistem Informasi Manajemen (SIM) bagi suatu organisasi adalah mendukung kegiatan operasional perusahaan, dapat menjadi sistem pendukung keputusan dan menjadi alat keunggulan bersaing secara strategis.

Informasi merupakan sumber daya yang penting untuk dikelola oleh para manajer perusahaan, sebab bila kurang mendapatkan informasi maka akan mengalami ketidakmampuan mengontrol sumber daya, sehingga dalam mengambil keputusan- keputusan strategis dan pada akhirnya akan mengalami kekalahan dalam bersaing dengan lingkungan pesaingnya. Dengan kata lain, Sistem Informasi Manajemen merupakan sistem berbasiskan komputer yang dibutuhkan untuk menyajikan informasi bagi manajemen dan bagi pengambilan keputusan. 

Didalam sebuah perusahaan, apalagi perusahaan dengan skala besar, sudah wajib hukumnya untuk menggunakan sistem informasi dalam pengolahan data milik perusahaan. Mengapa? Karena dengan menggunakan sistem informasi yang sesuai, perusahaan akan mampu meminimalisir kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam pengolahan data, efisiensi terhadap sumberdaya yang dibutuhkan dalam mengolah data dan informasi, serta membantu para manajemen dalam pengambilan keputusan.

B. PEMBAHASAN

I. Sarana / Sumber Sistem Informasi

Dalam mengelola sebuah informasi, dibutuhkan sumber-sumber yang tepat agar penggunaan dari sistem informasi dapat optimal. Sumber-sumber tersebut diantaranya :

  • Man
Merupakan elemen penting dalam sistem karena sistem informasi dibuat untuk membantu manusia dalam mengelola informasi. Manusia yang menentukan kebutuhan dan memberikan alternatif solusi. Selain itu, manusia juga melakukan perancangan proses dalam sistem agar kebutuhan mereka dapat terpenuhi
  • Money
Merupakan sarana pendukung yang penting dalam pengelolaan sistem informasi. Uang dibutuhkan agar sistem yang digunakan dapat mencapai tujuan yang diinginkan.Hal ini disebabkan karena uang dibutuhkan untuk memperhitungkan berapa biaya yang dibutuhkan untuk pengembangan sistem, termasuk juga tools yang digunakan serta sumber daya manusia yang membuatnya.

  • Machine
Merupakan alat implementasi dari sistem. Karena itu, mesin merupakan sumber penting yang diperlukan agar sistem dapat tetap berjalan. Dengan mesin yang memadai dan kriteria yang sesuai, maka efisiensi dari sebuah sistem dapat tercapai.

  • Material
Merupakan bahan-bahan yang dibutuhkan baik dalam pengimplementasian maupun pengembangan sistem.

  • Method
Sebuah sistem pasti memiliki metode yang merupakan cara kerja atau proses kerja. Metode dalam sistem ini dirancang dan ditentukan selama pengembangan sistem informasi.

  • Information
Merupakan sumber penting dari sistem informasi. Karena tanpa informasi, maka percuma saja sebuah sistem informasi dibuat. Informasi merupakan bahan yang diolah dalam sistem agar bisa menjadi informasi yang berguna bagi perusahaan.


II. Pengembangan Sistem Informasi

Sistem informasi yang baik memiliki sistematika yang jelas, ringkas dan sederhana. Mulai dari tahap pemasukan data, pengolahan dengan prosedur yang ditentukan, penyajian informasi yang akurat, interpretasi yang tepat serta distribusi yang baik pula.

Gambar 1. Alur Prinsip Sistem Informasi

 Gambar diatas menggambarkan alur dari prinsip sistem informasi yang diawali dari proses input data hingga menjadi output berupa informasi. Agar perusahaan mendapatkan manfaat yang sesuai dengan yang diharapkan, maka didalam membangun sistem informasi perusahaan harus memperhatikan tahapan-tahapan dalam pengembangannya. Pengembangan sistem indormasi melibatkan beberapa siklus atau tahapan yang berulang, Yaitu tahapan investigasi, tahapan analisis, tahapan design, tahapan implementasi, dan tahapan maintenance.


Gambar 2. Siklus Pengembangan Informasi Sistem


Sistem informasi bagi perusahaan diharapkan dapat mendukung strategi perusahaan dalam peningkatan keunggulan perusahaan dalam bidan core competence nya, mendukung efiseiensi dan efektifitas manajemen perusahaan, menjadi sumber yang akurat bagi pihak manajemen dalam mengambi keputusan yang bersifat strategik dan lain sebagainya.

Sebelum menentukan pendekatan yang tepat untuk pengembangan dan pembangunan sistem informasi, perusahaan harus memahi terlebih dahulu mengenai siklus dalam pengembangan sistem informasi. O’Brien dan Marakas mengemukakan developing insformation system solution adalah sebagai berikut:
  1. Investigasi, yaitu proses melakukan identifikasi seperti apa sistem informasi yang dibutuhkan, rencana pengembangan proyek ke depan dan persetujuan dari manajemen perusahaan.
  2. Analyze, yaitu melakukan analisa kebutuhan informasi yang dibutuhkan perusahaan dan memperhatikan input, pross, outpu, penyimpanan dan kelangsungan pengawasan untuk pengembangan sistem.
  3. Design, yaitu perancangan sistem informasi dengan memperhatikan spesifikasi pengembangan dalam perangkat keras, perangkat lunak, SDM, sumber data dan dan produk informasi yang dibutuhkan
  4. Implement, yaitu implementasi sistem informasi meliputi pengembangan perangkat, sistem pengelolaan data, penyiapan serta pelatihan SDM.
  5. Maintain, yaitu pemeliharaan sistem informasi dan termasuk kegiatan evaluasi dan modifikasi sistem jika diperlukan.

O'brien mendefisikan ada beberapa tujuan dari sistem informasi manajemen, yaitu :

  1. Menyediakan informasi yang dipergunakan didalam perhitungan harga pokok jasa, produk, dan tujuan lain yang diinginkan manajemen.
  2. Menyediakan informasi yang dipergunakan dalam perencanaan, pengendalian, pengevaluasian, dan perbaikan berkelanjutan.
  3. Menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan.
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa sebuah informasi melakukan pemrosesan data dan kemudian mengubahnya menjadi informasi. menurut O'brien (2010) SIM merupakan kombinasi yang teratur antara people, hardware, software, communication network, dan data resources. Kombinasi komponen ini digambarkan pada gambar 3 berikut :

Gambar 3. Komponen Sistem Informasi

 Terdapat 3 peran utama sistem informasi dalam bisnis, yaitu :
  1. Mendukung proses bisnis dan operasional
  2. Mendukung pengambilan keputusan'
  3. Mendukung strategi untuk keunggulan kompetitif

Gambar 4. Tiga Peran Utama Sistem I


 III. Teknologi Informasi
 
Teknologi merupakan pengembangan dan aplikasi dari alat, mesin, material dan proses yang menolong manusia dalam menyelesaikan masalahnya. Sedangkan Informasi merupakan hasil pemrosesan, manipulasi dan pengorganisasian/penataan dari sekelompok data yang mempunyai nilai pengetahuan (knowledge) bagi penggunanya.

Berikut ini adalah pengertian teknologi informasi menurut beberapa para ahli :
  1. Teknologi informasi adalah studi atau peralatan elektronika, terutama komputer, untuk menyimpan, menganalisa, dan mendistribusikan informasi apa saja, termasuk kata-kata, bilangan, dan gambar. (kamus Oxford, 1995)
  2. Teknologi Informasi adalah seperangkat alat yang membantu anda bekerja dengan informasi dan melaksanakan tugas-tugas yang berhubungan dengan pemrosesan informasi (Haag & Keen, 1996)
  3. Teknologi Informasi adalah segala bentuk teknologi yang diterapkan untuk memproses dan mengirimkan informasi dalam bentuk elektronis (Lucas, 2000)
  4. Teknologi Informasi adalah teknologi yang menggabungkan komputasi (komputer) dengan jalur komunikasi kecepatan tinggi yang membawa data, suara dan video (William & Sawyer, 2003)
Dari beberapa macam definisi sebagaimana yang telah disebutkan diatas, dapat diambil sebuah kesimpulan yaitu teknologi informasi merupakan gabungan yang mencakup teknologi komputer serta teknologi yang berkaitan dengan sistem telekomunikasi. Komputer dan softwarenya punya fungsi sebagai perangkat keras dan lunak sekaligus punya manfaat utama untuk mengolah data dan menyimpannya lalu dikirim menggunakan suatu alur komunikasi.

Saat ini, teknologi informasi bukan hanya berkembang dengan pesat, melaiknkan juga sering mengalami perubahan yang sangat cepat. Bahkan jika boleh diumpamakan kecepatannya melebihi kereta api atau pesawat terbang sekalipun sebab hanpir tiap waktu ditemukan penemuan baru dengan tujuan untuk memperbaiki atau menyempurnakan hasil teknologi yang sebelumnya sudah dianggap bagus.

Peran teknologi informasi bagi suatu perusahaan dapat dilihat dengan menggunakan kategori yang diperkenalkan oleh G.R. Terry mengenai 5 peranan mendasar teknologi informasi di suatu perusahaan, yaitu :
  1. Fungsi Operasional akan membuat struktur organisasi menjadi lebih ramping telah diambil alih fungsinya oleh teknologi informasi. Karena sifat penggunaannya yang menyebar diseluruh fungsi organisasi, unit terkait dengan manajemen teknologi informasi akan menjalankan fungsinya sebagai supporting agency dimana teknologi informasi dianggap sebagai sebuah firm infrastucture.
  2. Fungsi Monitoring and Control mengantung arti bahwa keberadaan teknologi informasi akan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan aktivitas di level manajerial embedded di dalam setiap fungsi manajer, sehingga struktur organisasi unit terkait dengannya harus dapat memiliki span of control atau peer relationship yang memungkinkan terjadinya interaksi efektif dengan para manajer di perusahaan terkait.
  3. Fungsi Planning and Decision mengangkat teknologi informasi ke tataran peran yang lebih strategis lagi karena keberadaannya sebagai enabler dari rencana bisnis perusahaan dan merupakan sebuah knowledge generator bagi para pimpinan perusahaan yang dihadapkan pada realitas untuk mengambil sejumlah keputusan penting sehari-harinya.
  4. Fungsi Communication secara prinsip termasuk kedalam firm infrastructure dalam era organisasi modern dimana teknologi informasi ditempatkan posisinya sebagai sarana atau media individu perusahaan dalam berkomunikasi, berkolaborasi, berkoorporasi, dan berinteraksi.
  5. Fungsi Interorganisational merupakan sebuah peranan yang cukup unik karena dipicu oleh semangat globalisasi yang memaksa perusahaan untuk melakukan kolaborasi atau menjamin kemitraan dengan sejumlah perusahaan lain. Konsep kemitraan strategis atau partnershps berbasis teknologi informasi seperti pada implementasi Supply Chain Management atau Enterprise Resource Planning membuat perusahaan melakukan sejumlah terobosan penting dalam mendesain struktur organisasi unit teknologi informasi. Bahkan tidak jarang ditemui perusahaan yang cenderung melakukan kegiatan pengalihdayaan atau outsourcing sejumlah proses bisnis terkait dengan manajemen teknologi informasinya ke pihak lain demi kelancaran bisnisnya.

IV. IT Governance

Berbagai definisi mengenai IT Governance dapat ditemukan pada banyak literatur. Beberapa diantaranya menyatakan bahwa IT Governance merupakan sebutan lain dari ICT Governance. Menurut Weill dan Ross (2004) IT Governance adalah wewenang dan tanggung jawab secara benar dalam menetapkan suatu keputusan untuk mendorong perilaku penggunaan teknologi informasi pada perusahaan. Sementara itu, Henderi et.all (2008) mendefinisikan IT Governance adalah keputusan yang benar dalam bingkai yang bisa diminta pertanggungjawabannya untuk mendorong keinginan dan kebiasaan penggunaan teknologi informasi. Pada bagian yang lain Henderi (2008) juga mendefinisikan IT Governance adalah landasan kerja yang mengukur dan memutuskan penggunaan dan pemanfaatan teknologi Informasi dengan mempertimbangkan maksud, tujuan, dan sasaran bisnis perusahaan. Dengan demikian IT Governance merupakan usaha mensinergikan peran IT dan Governance dalam mencapai sasaran dan tujuan perusahaan atau organisasi. IT Governance merupakan tanggung jawab dari Dewan Direktur dan Manajemen Eksekutif. IT Governance merupakan suatu bagian utuh dari tata kelola perusahaan dan terdiri dari pimpinan dan struktur organisasi serta proses-proses yang menjamin kelanjutan IT organisasi mengembangkan dan memperluas strategi dan tujuan organisasi.

 A. Tujuan dari IT Governance
  1. Meningkatkan peranan IT terhadap kinerja organisasi dalam mencapai tujuan dan sasarannya.
  2. Menyelesaikan investasi IT dan prioritas-prioritas bisnis dengan lebih teliti.
  3. Mengelola, mengevaluasi, membuat prioritas, membiayai, mengukur dan mengamati permintaan-permintaan pelayanan IT dan hasil kerja dan memenuhinya, dengan lebih konsisten dan berulang sesuai dengan behavior yang dapat mengoptimalkan keuntungan bisnis.
  4. Mengelola utilisasi pertanggungjawaban sumber daya dan aset.
  5. Menjamin persediaan dan penyelesaian IT sesuai dengan perencanaan, pembiayaan, dan tanggung jawab.
  6. Membuat, menetapkan dan menjelaskan keadaan yang diminta untuk dipertanggung-jawabkan dan diputuskan secara benar (mendefinisikan dan mengotorisasi peraturan secara jelas).
  7. Mengelola risiko, tantangan dan kemungkinan secara proaktif.
  8. Memperbaiki kinerja organisasi IT, memenuhi permohonan, mengembangkan dan mendewasakan staff.

B. Penerapan Framework IT Governance

Van Grembergen (2004) memberikan pandangan secara umum bahwa hal terpenting untuk suksesnya tata kelola Teknologi Informasi di organisasi harus melibatkan struktur, proses dan mekanisme relasional seperti terlihat pada gambar dibawah ini :

Gambar 5. IT Governance terdiri dari komponen struktur, proses, dan mekanisme relasional


Struktur, proses dan mekanisme relasional yang optimal bagi suatu organisasi adalah berbeda satu dengan yang lain tergantung dengan kondisi, situasi dan tantangan yang dihadapi masing-masing organisasi (Sambamurthy, 1999).

Struktur menurut Van Grembergen menggambarkan peran dan tanggung jawab masing-masing pihak baik secara individu maupun komite tertentu dalam pengelolaan TI. IT Governance yang efektif ditentukan oleh bagaimana cara pengorganisasian fungsi TI dan pemberian otoritas untuk membuat keputusan tentang TI di dalam organisasi (Grembergen, de Haes, Guldentops,2004). 

Proses di dalam IT Governance merujuk pada bagaimana menentukan dan memonitor keputusan yang sifatnya strategic, metode atau tools yang dapat digunakan dalam proses ini adalah SPIS (Strategic Planning for Information System), Information Economics, Balance Scorecard Card, COBIT, IT-IL, Service Level Agreement, dan lain sebagainya. Komponen berikut adalah Relational Mechanisms yang  memberikan pengertian bahwa struktur dan proses yang baik tidak akan menjamin baiknya penerapan tata kelola TI apabila tidak ada saling pengertian melalui komunikasi dua arah antara TI dan Bisnis.

Mekanisme relasional dapat juga diartikan sebagai cara atau metode bagaimana suatu organisasi menciptakan kolaborasi dan komunikasi yang efektif antara bisnis dan TI. Contoh dari mekanisme relasional adalah adanya job rotation pada TI atau bisnis, Colocation  atau penempatan dalam jangka waktu tertentu antara TI dan bisnis, memberikan pelatihan tentang TI kepada bisnis dan sebaliknya, penyediaan intranet sebagai sarana sosialisasi IT Governance, dan penggunaan media-media lainnya.


 C. Audit Teknologi Informasi.

Audit teknologi informasi adalah bentuk pengawasan dan pengendalian dari infrastruktur teknologi informasi secara menyeluruh. Audit TI merupakan proses pengumpulan dan evaluasi bukti-bukti untuk menentukan apakah sistem komputer yang digunakan telah dapat melindungi aset milik organisasi, mampu menjaga integritas data, dapat membantu pencapaian tujuan organisasi secara efektif, serta menggunakan sumber daya yang dimiliki secara efisien.

Dengan melaksanakan audit TI, suatu lembaga bisa dikatakan sudah memiliki kepedulian cukup tinggi terhadap posisi dan peran TI bagi perkembangan lembaganya. Audit TI yang direncanakan dengan baik akan memberikan beberapa hasil yang manfaatnya akan sangat signifikan bagi perjalanan lembaga itu sendiri di kemudian hari. Hasil-hasil tersebut antara lain : munculnya evaluasi terhadap praktik-praktik manajemen risiko, terhadap kendali sistem internal, dan terhadap kebijakan-kebijakan yang terkait dengan TI yang terjadi dalam lembaga tersebut, baik itu yang kompleksitasnya rendah atau yang tinggi.


 V. TOGAF (The Open Group Architecture Framework)

TOGAF (The Open Group Architecture Framework) muncul dengan cepat dan merupakan kerangka kerja serta metode yang dapat diterima secara luas dalam pengembangan arsitektur perusahaan. Berawal dari Technical Architecture for Information Management (TAFIM) di Departemen Pertahanan Amerika Serikat, kerangka kerja itu diadopsi oleh Open Group pada pertengahan 1990an. Spesifikasi pertama TOGAF diperkenalkan pada tahun 1995, dan TOGAF 8 (Enterprise Edition) dirilis pada awal 2004. Pada saat ini sudah ada TOGAF 9 yang secara keseluruhan melengkapi versi sebelumnya.
 
TOGAF memberikan metode yang detil tentang bagaimana membangun dan mengelola serta mengimplementasikan arsitektur enterprise dan sistem informasi yang disebut dengan ADM (Architecture Development Method).
 
Tujuan dari arsitektur enterprise adalah untuk mengoptimalkan seluruh perusahaan ke lingkungan terpadu yang tanggap terhadap perubahan dan mendukung strategi bisnis. Arsitektur enterprise yang baik memungkinkan kita untuk mencapai keseimbangan yang tepat antara efisiensi teknologi informasi dan inovasi bisnis. Hal ini memungkinkan unit bisnis individu untuk berinovasi secara aman untuk mengejar keunggulan kompetitif mereka. Keuntungan yang dihasilkan dari arsitektur enterprise yang baik membawa manfaat bisnis yang penting, yang jelas terlihat dalam laporan laba atau rugi bersih dari perusahaan atau organisasi.

A. Karakteristik TOGAF
  • Merupakan kerangka kerja yang bersifat open-standard
  • Bersifat netral
  • Diterima oleh masyarakat internasional secara luas
  • Pendekatannya bersifat menyeluruh (holistic)
  • Dibutuhkan metode yang fleksibel untuk mengintegrasikan unit-unit informasi dan juga sistem informasi dengan platform dan standar yang berbeda-beda,
  • TOGAF mampu melakukan integrasi untuk berbagai sistem yang berbeda-beda,
  • TOGAF adalah kerangka kerja umum dan dimaksudkan untuk digunakan dalam berbagai macam lingkungan, ia menyediakan konten kerangka kerja yang fleksibel dan extensible yang mendasari seperangkat pengiriman arsitektur generik.
  • TOGAF relatif mudah diimplementasikan.
  • TOGAF bersifat open source, sehingga bersifat netral terhadap teknologi dari vendor tertentu.

B. Struktur dan Komponen dari TOGAF
 
Elemen kunci dari TOGAF adalah  Architecture Development Method (ADM) yang memberikan gambaran spesifik untuk proses pengembangan arsitektur enterprise (Lise 2006). ADM adalah fitur penting yang memungkinkan perusahaan mendefinisikan kebutuhan bisnis dan membangun arsitektur spesifik untuk memenuhi kebutuhan itu. ADM terdiri dari tahapan-tahapan yang dibutuhkan dalam membangun arsitektur  enterprise, tahapan-tahapan ADM diperlihatkan pada gambar di bawah ini. Mengingat bahwa ADM adalah bagian dari TOGAF, TOGAF dikategorikan sebagai proses arsitektur sedangkan ADM sebagai metodologi.

Gambar 6. Architecture Development Method
Sebagai komponen inti, TOGAF ADM menyediakan serangkaian proses iteratif mulai dari menyusun arsitektur, transisi, hingga mengelola proses realisasi arsitektur. TOGAF ADM terdiri atas sepuluh fase sebagai berikut:
 
  1. Preliminary Phase – fase ini mencakup aktivitas persiapan untuk menyusun kapabilitas arsitektur termasuk kustomisasi TOGAF dan mendefinisikan prinsip-prinsip arsitektur. Tujuan fase ini  adalah untuk menyakinkan setiap orang yang terlibat di dalamnya bahwa pendekatan ini untuk mensukseskan proses arsitektur. Pada fase ini harus menspesifikasikan who, what,  why, when, dan where dari arsitektur itu sendiri. 
  2. Phase A: Architecture Vision – fase ini merupakan fase inisiasi dari siklus pengembangan arsitektur yang mencakup pendefinisian ruang lingkup, identifikasi stakeholders, penyusunan visi arsitektur, dan pengajuan persetujuan untuk memulai pengembangan arsitektur. 
  3. Phase B: Business Architecture – fase ini mencakup pengembangan arsitektur bisnis untuk mendukung visi arsitektur yang telah disepakati. Pada tahap ini tools  dan  method  umum untuk pemodelan seperti:  Integration DEFinition (IDEF) dan  Unified Modeling Language  (UML) bisa digunakan untuk membangun model yang diperlukan. 
  4. Phase C: Information Systems Architectures – Pada tahapan ini lebih menekankan pada aktivitas bagaimana arsitektur sistem informasi dikembangkan. Pendefinisian arsitektur sistem informasi dalam tahapan ini meliputi arsitektur data dan arsitektur aplikasi yang akan digunakan oleh organisasi. Arsitektur data lebih memfokuskan pada bagaimana data digunakan untuk kebutuhan fungsi bisnis, proses dan layanan. Teknik yang bisa digunakan dengan yaitu:  ER-Diagram,  Class Diagram, dan  Object Diagram. 
  5. Phase D: Technology Architecture –Membangun arsitektur teknologi yang diinginkan, dimulai dari penentuan jenis kandidat teknologi yang diperlukan dengan menggunakan  Technology Portfolio Catalog yang meliputi perangkat lunak dan perangkat keras. Dalam tahapan ini juga mempertimbangkan alternatif-alternatif yang diperlukan dalam pemilihan teknologi. 
  6. Phase E: Opportunities and Solutions –  Pada tahap ini akan dievaluasi model yang telah dibangun untuk arsitektur saat ini dan tujuan, indentifikasi proyek utama yang akan dilaksanakan untuk mengimplementasikan arsitektur tujuan dan klasifikasikan sebagai pengembangan baru atau penggunaan kembali sistem yang  sudah ada. Pada fase ini juga akan direview gap analysis yang sudah dilaksanakan pada fase D 
  7. Phase F: Migration and Planning – Pada fase ini akan dilakukan analisis resiko dan biaya. Tujuan dari fase ini adalah untuk memilih proyek implementasi yang bervariasi menjadi urutan prioritas. Aktivitas mencakup penafsiran ketergantungan, biaya, manfaat dari proyek migrasi yang bervariasi. Daftar  prioritas proyek akan berjalan untuk membentuk dasar dari perencanaan implementasi detail dan rencana migrasi.
  8.  Phase G: Implementation Governance – fase ini mencakup pengawasan terhadap implementasi arsitektur. 
  9. Phase H: Architecture Change Management – fase ini mencakup penyusunan prosedur-prosedur untuk mengelola perubahan ke arsitektur yang baru.  Pada fase ini akan diuraikan  penggerak perubahan dan bagaimana memanajemen perubahan tersebut, dari pemeliharaan sederhana sampai perancangan kembali arsitektur. ADM menguraikan strategi dan rekomendasi pada tahapan ini. Tujuan dari fase ini adalah untuk menentukan/menetapkan proses manajemen perubahan arsitektur untuk arsitektur  enterprice  yang baru dicapai dengan kelengkapan dari fase G. Proses ini akan secara khusus menyediakan monitoring berkelanjutan  dari hal-hal seperti pengembangan teknologi baru dan perubahan dalam lingkungan bisnis dan menentukan apakah untuk menginisialisasi secara formal siklus evolusi arsitektur yang baru.
  10. Requirements Management – menguji proses pengelolaan architecture requirements sepanjang siklus ADM berlangsung.
      
    VI. COBIT (Control Objectives for Information and related Technology) 
     
    IT Governance adalah sistem yang mengatur dan mengendalikan seluruh proses teknologi informasi perusahaan/organisasi yang strukturnya akan menetapkan pendistribusian hak dan tanggung jawab antara pihak-pihak yang terlibat juga berisikan peraturan serta strategi yang ditetapkan perusahaan/ organisasi (Prasojo, 2005, Warsilah, 2007 dan Alindita, 2008). 
     
    Information System Audit and Control Association (ISACA) memperkenalkan sebuah kerangka untuk mengelola IT Governance di sebuah perusahaan yang dikenal dengan nama COBIT (Indrajit, 2004). Pada dasarnya COBIT dikembangkan untuk membantu memenuhi berbagai kebutuhan manajemen terhadap informasi dengan menjembatani kesenjangan antara resiko bisnis, kontrol dan masalah teknik (Putra, 2009).
     
    Karakteristik utama kerangka kerja COBIT menurut Surendro (2004: 243) dan Pandji (2007: 13) adalah pengelompokkan aktivitas teknologi informasi dalam empat domain, yaitu Plan and Organise (PO), Acquire and Implement (AI), Deliver and Support (DS) serta Monitor and Evaluate (ME).Domain PO menyediakan arahan untuk mewujudkan solusi penyampaian (AI) dan penyampaian jasa (DS). AI menyediakan solusi dan menyalurkannya untuk dapat diubah menjadi jasa. Sementara DS menerima solusi tersebut dan membuatnya lebih bermanfaat bagi pengguna akhir. Sedangkan ME memonitor seluruh proses untuk kepastian bahwa arahan yang diberikan telah diikuti. Keterkaitan keempat domain COBIT dapat dilihat dalam gambar F.2 (ITGI, COBIT 4.1, 2007).
     
    Secara jelas, COBIT membagi proses pengelolaan teknologi informasi menjadi empat domain utama dengan total tiga puluh empat proses teknologi informasi. Masing-masing domain dalam COBIT mempunyai beberapa rincian sebagai berikut (Sarno, 2009: 31-42):
     
    1.      Plan and Oganise (PO)
    Dalam perencanaan dan organisasi perusahaan ini sudah Mencakup strategi, taktik dan perhatian atas identifikasi bagaimana IT secara maksimal dapat berkontribusi dalam pencapaian tujuan bisnis. Tetapi disini , startegis perlu direncanakan, dikomunikasikan, dan dikelola untuk berbagai perspektif yang berbeda. Disini sebuah pengorganisasian  serta infrastruktur teknologi sudah ditempatkan di tempat yang semestinya. Domain PO ini terdiri dari 10 (sepuluh) proses teknologi informasi seperti terlihat pada tabel 1.
     
    Tabel 1 Proses Teknologi Informasi dalam Domain PO
    PO1
    Mendefinisikan rencana strategis TI
    PO2
    Mendefinisikan arsitektur informasi
    PO3
    Menentukan arahan teknologi
    PO4
    Mendefinisikan proses TI, organisasi dan keterhubungannya
    PO5
    Mengelola investasi TI
    PO6
    Mengkomunikasikan tujuan dan arahan manajemen
    PO7
    Mengelola sumber daya TI
    PO8
    Mengelola kualitas
    PO9
    Menaksir dan mengelola resiko TI
    PO10
    Mengelola proyek
    2.      Acquire and Implement (AI)
    Solusi IT sudah diidentifikasi dan dikembangkan serta diimplementasikan, namun belum diimplementasikan dan terintegrasi ke dalam proses bisnis, tetapi sudah ada perubahan serta pemeliharaan system yang mencakup di dalam domain ini. Pada domain Acquire and Implement sebuah solusi teknologi informasi perlu diidentifikasikan, dikembangkan, diimplementasikan dan diintegrasikan ke dalam proses bisnis. Domain AI ini terdiri dari 7 (tujuh) proses teknologi informasi seperti terlihat pada tabel 2
    Tabel 2 Proses Teknologi Informasi dalam Domain AI
    AI1
    Mengidentifikasi solusi otomatis
    AI2
    Memperoleh dan memelihara software aplikasi
    AI3
    Memperoleh dan memelihara infrastruktur teknologi
    AI4
    Memungkinkan operasional dan penggunaan
    AI5
    Memenuhi sumber daya TI
    AI6
    Mengelola perubahan
    AI7
    Instalasi dan akreditasi solusi beserta perubahaannya
    3.      Deliver and Support (DS)
    Domain ini berfokus utama pada aspek penyampaian/pengiriman dari IT. Domain ini mencakup area-area seperti pengoperasian aplikasi-aplikasi dalam sistem IT dan hasilnya, serta proses dukungan yang memungkinkan pengoperasian sistem IT tersebut dengan efektif dan efisien. Proses dukungan ini termasuk isu/ masalah keamanan dan juga pelatihan. Domain DS ini terdiri dari 13 (tiga belas) proses teknologi informasi seperti terlihat pada tabel 3.
     
    Tabel 3 Proses Teknologi Informasi dalam Domain DS
    DS1
    Mendefinisikan dan mengelola tingkat layanan
    DS2
    Mengelola layanan pihak ketiga
    DS3
    Mengelola kinerja dan kapasitas
    DS4
    Memastikan layanan yang berkelanjutan
    DS5
    Memastikan keamanan system
    DS6
    Mengidentifikasikan dan mengalokasikan biaya
    DS7
    Mendidik dan melatih pengguna
    DS8
    Mengelola service desk dan insiden
    DS9
    Mengelola konfigurasi
    DS10
    Mengelola permasalahan
    DS11
    Mengelola data
    DS12
    Mengelola lingkungan fisik
    DS13
    Mengelola operasi
    4.      Monitor and Evaluate (ME)
    Menyelenggarakan audit TI yang dilakukan oleh pihak Independent untuk meningkatkan kepercayaan dan memastikan kesesuaian penerapan dan pengelolaan TI dalam mendukung pencapaian tujuan organisasi. Pada domain ini akan ditekankan kepada pentingnya semua proses teknologi informasi perlu diakses secara berkala untuk menjaga kualitas dan kesesuaian dengan standar yang telah ditetapkan. Domain ME ini terdiri dari 4 (empat) proses teknologi informasi seperti terlihat pada tabel 4.
     
    Tabel 4 Proses Teknologi Informasi dalam Domain ME
    ME1
    Mengawasi dan mengevaluasi kinerja TI
    ME2
    Mengawasi dan mengevaluasi kontrol internal
    ME3
    Memastikan pemenuhan terhadap kebutuhan eksternal
    ME4
    Menyediakan tata kelola TI
    VII. CMMI (Capability Maturity Model Integration)
     
    Capability Maturity Model Integration (CMMI) merupakan suatu pendekatan dalam proses peningkatan yang menyediakan bagi organisasi dengan elemen esensial dari proses yang efektif. Penerapan praktikal yang terbukti dilapangan (best practice) dari CMMI dipublikasikan dalam dokumen yang disebut sebagai model dimana masing masing model akan melingkupi area kepentingan yang berbeda. Model tersebut adalah Development dan Acquisition. CMMI bisa digunakan sebagai panduan dalam proses peningkatan sepanjang proyek, divisi, atau seluruh organisasi. CMMI membantu mengintegrasikan fungsi organisasi tradsional yang terpisah, menentukan tujuan dari proses peningkatan dan prioritas, menyediakan panduan untuk proses pengendalian kuaklitas,dan menyediakan titik referensi untuk menilai proses yang sedang berlangsung.

    CMMI merupakan bagian dan pelengkap dari IT Governance. Bagian-bagian dari CMMI merupakan panduan tertentu agar penggunaan teknologi informasi dalam suatu entitas perusahaan atau korporat dapat ditingkatkan. Tujuan utaman dari Proyek CMMI adalah untuk meningkatkan penggunaan maturity models dengan mengintegrasikan beberapa model ke dalam satu framework.
     
    A. Lima Level Pada CMM/CMMI
     
    Dalam pelaksanaan teknisnya, CMM-SW terdiri dari 5 level dilihat dari tingkat kematangan Software Process. Kelima level tersebut terdiri dari Initial (level 1), Repeatable (level 2), Defined (level 3), Managed (level 4), dan Optimizing (level 5). Semakin tinggi status level CMM pada sebuah pengembang piranti lunak, maka bisa dipastikan kualitas produksinya semakin baik. Secara singkat, berikut ini adalah penjelasan dari masing-masing level tersebut:
     
    Level 1: Initial. Software process dikarakteristikan sebagai sebuah ad hoc, dan kadang-kadang terjadi peristiwa chaos. Hanya sedikit dari proses yang telah didefinisikan dengan jelas, dan kesuksesan tergantung pada usaha individu. Semua pengembang piranti lunak minimal sudah pasti ada pada level ke-1 ini.
     
    Level 2: Repeatable. Proses-proses pada manajemem proyek yang fundamental telah berjalan baik dalam hal untuk menelusuri pembiayaan, penjadwalan, dan fungsionalitas. Ketertiban proses yang diperlukan adalah dalam hal untuk mengulangi kembali kesuksesan-kesuksesan dalam proyek dengan aplikasi yang serupa.
     
    Level 3: Defined. Pada level ini, pengembangan piranti lunak untuk manajemen dan aktivitas rekayasa telah didokumentasikan dengan baik, distandarisasikan, dan diintegrasikan dalam sebuah standar Software Process untuk organisasi yang bersangkutan. Semua proyek menggunakan standarisasi Software Process milik organisasi yang telah disetujui dan disesuaikan, untuk membangun dan memelihara piranti lunak.
     
    Level 4: Managed. Pada level ini, ukuran-ukuran mendetail dari Software Process dan kualitas produksi telah dimiliki. Software process dan produksi secara kuantitatif sudah dipahami dan dapat dikontrol.
     
    Level 5: Optimizing. Peningkatan proses secara kontinyu diberlakukan dengan feedback kuantitatif dari proses tersebut, dan dari teknologi-teknologi serta ide-ide pilot-project yang inovatif.
     
    Secara umum, kelima level diatas merupakan gambaran adanya suatu tahapan dalam upaya untuk meningkatkan kualitas piranti lunak. Setiap level harus dilalui secara sekuensial. Tidak bisa melakukan lompatan-lompatan ke level atas, sebelum menerapkan CMM pada level dibawahnya. Di sini dapat dilihat bahwa usaha peningkatan kualitas tersebut dilakukan dengan berorientasi kepada peningkatan proses.
     
    Jika ilustrasikan dengan sebuah perjalanan menuju suatu tujuan, maka kelima level tersebut ibaratkan titik-titik pada peta perjalanan yang harus dilalui oleh pengembang piranti lunak agar dapat mencapai tujuannya dengan lebih efisien dan efektif. Jika tanpa peta perjalanan, mungkin akan sampai tujuan, tapi mungkin tidak efisien dan/atau tidak efektif. Bahkan mungkin tujuan tidak tercapai.
     
    B. Alat Bantu Meningkatkan Kualitas
     
    CMM-SW (CMM-SoftWare) inilah yang merupakan alat bantu agar pengembangan piranti lunak dapat mencapai tujuannya, meningkatkan kualitas produksinya. Dalam setiap levelnya, CMM memiliki Key Process Area (KPA) sebagai rincian tentang hal-hal yang harus menjadi perhatian. Misalnya, pada level-2 KPA-nya antara lain Requirement Management, Software Project Planning, Software Project Tracking and Oversight, Software Subcontract Management, Software Quality Assurance, dan Sofware Configuration Management. Setiap KPA tersebut memiliki beberapa tujuan yang harus dicapai. Agar memudahkan dalam mencapai tujuan, CMM-SW menyediakan Common Feature, yang merupakan beberapa hal yang harus menjadi perhatian dalam implementasi. Setiap Common Feature tersebut memiliki Key Practice, yang merupakan garis-garis besar yang harus dilakukan oleh organisasi piranti lunak.
     
 C.PENUTUP

Di era yang segalanya serba informasi seperti sekarang, sudah tidak aneh lagi jika teknologi informasi akan menyatu dengan perusahaan didalam suatu sistem, baik itu perusahaan kecil maupun berskala besar. Semua komponen sistem informasi tersebut merupakan elemen yang saling berhubungan dan berinteraksi sehingga membentuk satu kesatuan. Karena tujuan perusahaan merupakan hal yang harus dicapai, maka diharapkan teknologi informasi memiliki peran positif demi menambah added value didalam perusahaan.


REFERENSI :
  1. http://budi.staf.upi.edu/
  2. http://www.lontar.ui.ac.id/file?file=digital/126779-T-849-Perancangan%20infrastruktur-%20Literature.pdf
  3.  http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/33548/4/Chapter%20II.pdf 
  4. http://www.slideshare.net/henderi/it-governance-support-good-governance 
  5. http://dc721.4shared.com/doc/7vCANSfz/preview.html
  6. Henderi dan Sunarya Abas (2008). Peranan IT Governance Dalam Meningkatkan Kinerja Organisasi: Permasalahan, Rencana Pengembangan dan Strategi Penerapan. CCIT Journal 2(1).